Antre adalah salah satu kegiatan menunggu giliran mendapat
pelayanan. Saat mengantre berbagai macam tingkah laku pengantre, yaitu ada yang
minta didahulukan, mendesak pengantre yang berada di depannya, tetapi ada pula
yang tertib.
Enggan Antre
Bagaimana perasaan kita jika ada orang yang datang lebih
akhir dalam antrean minta didahulukan dengan berbagai alasan? Adakah di antara
kita yang dengan senang hati mempersilakan orang tersebut untuk mendapat
layanan lebih dulu? Atau mungkin kita tidak mau memberikan tempat kita kepada
orang tersebut? Hal-hal seperti itu sering kita jumpai ketika sedang mengantre.
Antre yang tidak tertib sudah menjadi kebiasaan di negeri ini.
Kita sering menjumpai orang-orang bergerombol membentuk
setengah lingkaran saat menunggu giliran pelayanan. Mereka kadang-kadang tak
hanya mengantre, tetapi juga mengajak petugas pelayanan bercakap-cakap.
Percakapan ini merupakan kesempatan yang bagus untuk mencari kelengahan orang
lain yang sedang mengantre sehingga dapat didahulukan. Apalagi jika petugas
sudah kenal dengan orang yang antre, maka orang tersebut akan didahulukan,
tidak peduli ia datang awal atau terakhir.
Berdesak-desakan
Perasaan khawatir tidak mendapatkan barang atau jasa seperti
yang diinginkan menjadi faktor utama pengantre untuk berdesak-desakan atau
berlaku tidak tertib. Mereka tidak lagi menghormati hak pengantre yang datang
lebih awal. Jika ruang yang tersedia hanya sempit, tidak menutup kemungkinan
akan ada korban dalam antrean, misalnya pingsan, terinjak-injak, bahkan
meninggal.
Keharusan untuk Mengantre
Ternyata kita dapat mengantre secara tertib apabila terdapat
aturan atau sistem yang memaksa. Pelayanan di beberapa tempat, seperti kasir
supermarket, bank, dan bioskop mengharuskan kita mengantre. Tempat-tempat
antrean tertentu memiliki pembatas. Tujuan diletakkannya pembatas adalah untuk
menertibkan pengantre agar tidak saling mendahului. Adanya pembatas membuat
pengantre merasa harus menaati aturan karena ruang gerak mereka dibatasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar