Catatan

Tuhan selalu memberikan apa yang kita butuhkan bukan apa yang kita inginkan...

Senin, 25 Februari 2013

Pulusi Udara

TERNYATA polusi udara di kota-kota besar tak hanya menyebabkan asma. Lebih dari itu, udara kotor kota besar bisa menimbulkan penyakit yang mematikan seperti jantung dan kanker. Sebuah fakta baru diungkapkan para ahli, bahwa di dalam udara yang tercemar terkandung partikel-partikel yang dapat menyebabkan pembuluh darah menyempit. Akibatnya aliran darah yang menuju ke jantung terhambat. Dalam istilah kedokteran kondisi ini disebut ischemia.
Meskipun penderita ischemia tidak merasakan nyeri pada jantungnya, namun akibat yang ditimbulkannya kelak sangat berbahaya, yakni kerusakan jantung dan stroke. Partikel-partikel yang bisa menyebabkan ischemia terutama berasal dari semburan asap knalpot kendaraan bermesin diesel, seperti bus dan truk, juga cerobong pabrik.
Bukan hanya bus dan truk, kendaraan lain seperti sepeda motor bahkan mobil mewah yang memakai bahan bakar minyak (BBM) bebas timbal pun ikut menyumbang dampak sama buruk. Mengapa?
Karena senyawa aromatic yang menggantikan fungsi timbal, juga menghasilkan zat beracun jika pada knalpot kendaraan tidak dipasang catalyc converter. Celakanya, sebagian besar kendaraan di Jakarta tidak menggunakan alat penyaring zat beracun hasil pembakaran senyawa aromatic tersebut.
Sebagaimana timbal, senyawa aromatic bersifat karsinogen genetoxic. Artinya udara harus benar-benar bebas dari senyawa ini. Terjadi kebocoran sedikit saja akan mempertinggi resiko seseorang terkena kanker darah (leukemia). Nah, apalagi yang sama sekali tidak tersaring?
Kalau begitu sepertinya lebih aman kalau berada di dalam rumah atau kantor saja, ya? Ternyata tidak juga. Karena polusi udara di dalam rumah atau gedung lebih berbahaya. Sebuah penelitian yang dilakukan di Amerika menyatakan derajat polusi dalam ruang bisa mencapai dua sampai lima kali lipat lebih tinggi disbanding polusi di luar ruang. Yang mencemari udara dalam ruang antara lain debu akibat ventilasi yang tertutup, pendingin udara (AC) yang tidak terawatt, paparan gelombang elektromagnetik dari barang-barang elektronik, produk perawatan dan pembersih barang-barang rumah tangga yang mengandung formula kimia, mesin fotokopi yang mengeluarkan ozon, serta karbondioksida dari tanaman hidup yang tidak pernah dikeluarkan.
Pencemaran oleh benda-benda tadi didukung oleh konstruksi kebanyakan bangunan di kota besar yang tertutup rapat. Bayangkan udara luar yang kotor masuk ketika pintu gedung dibuka kemudian karena konstruksi bangunan yang tertutup tidak memiliki ventilasi yang baik, maka udara yang tercemar tadi akan menetap di dalam ruangan. Kemudian ditambah pencemaran yang berasal dari benda-benda yang ada dalam ruang tadi dan partikel-partikel berbahaya lainnya yang mencemari baju kita. Terbayang kan betapa kotornya udara di dalam ruang?
Keluhan-keluhan yang ditimbulkan oleh pencemaran di dalam ruang lazim disebut sick building syndrome. Keluhan jangka pendek yang dirasakan biasanya tidak spesifik, misalnya pegal, linu, pusing, migren, kelelahan, kaku otot dan sebagainya. Namun dalam jangka panjang polusi udara dalam ruang akan menimbulkan penyakit yang lebih serius seperti kanker.

TIPS:

Semua Tanggungjawab Kita
Untuk menanggulangi udara kota yang sudah tercemar memang bukan perkara mudah. Dibutuhkan kerjasama semua pihak, yakni pemerintah, produsen, dan masyarakat. Pemerintah, misalnya, harus menerapkan hukum yang tegas mengenai pemilik kendaraan bermotor yang mengeluarkan emisi yang tinggi serta bertanggungjawab atas pengadaan dan distribusi bahan bakar yang bebas dari zat-zat berbahaya ke seluruh daerah negeri ini.
Demikian pula dengan produsen kendaraan bermotor bertanggungjawab untuk tidak menjual kendaraan berteknologi kuno yang dapat merusak lingkungan. Mereka juga seharusnya memikul tanggungjawab moril untuk menyediakan kendaraan berteknologi ramah lingkungan yang harganya terjangkau banyak kalangan.
Sebagai masyarakat kita juga bertanggungjawab menjaga lingkungan, dimulai dari ruang lingkup terkecil yakni keluarga kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar