TERNYATA polusi udara di kota-kota besar tak hanya
menyebabkan asma. Lebih dari itu, udara kotor kota besar bisa menimbulkan
penyakit yang mematikan seperti jantung dan kanker. Sebuah fakta baru
diungkapkan para ahli, bahwa di dalam udara yang tercemar terkandung
partikel-partikel yang dapat menyebabkan pembuluh darah menyempit. Akibatnya
aliran darah yang menuju ke jantung terhambat. Dalam istilah kedokteran kondisi
ini disebut ischemia.
Meskipun penderita ischemia tidak merasakan nyeri pada jantungnya, namun akibat yang ditimbulkannya kelak sangat berbahaya, yakni kerusakan jantung dan stroke. Partikel-partikel yang bisa menyebabkan ischemia terutama berasal dari semburan asap knalpot kendaraan bermesin diesel, seperti bus dan truk, juga cerobong pabrik.
Meskipun penderita ischemia tidak merasakan nyeri pada jantungnya, namun akibat yang ditimbulkannya kelak sangat berbahaya, yakni kerusakan jantung dan stroke. Partikel-partikel yang bisa menyebabkan ischemia terutama berasal dari semburan asap knalpot kendaraan bermesin diesel, seperti bus dan truk, juga cerobong pabrik.
Bukan hanya bus dan truk, kendaraan lain seperti sepeda
motor bahkan mobil mewah yang memakai bahan bakar minyak (BBM) bebas timbal pun
ikut menyumbang dampak sama buruk. Mengapa?
Karena senyawa aromatic yang menggantikan fungsi timbal,
juga menghasilkan zat beracun jika pada knalpot kendaraan tidak dipasang catalyc converter. Celakanya, sebagian
besar kendaraan di Jakarta tidak menggunakan alat penyaring zat beracun hasil
pembakaran senyawa aromatic tersebut.
Sebagaimana timbal, senyawa aromatic bersifat karsinogen
genetoxic. Artinya udara harus benar-benar bebas dari senyawa ini. Terjadi
kebocoran sedikit saja akan mempertinggi resiko seseorang terkena kanker darah
(leukemia). Nah, apalagi yang sama sekali tidak tersaring?
Kalau begitu sepertinya lebih aman kalau berada di dalam
rumah atau kantor saja, ya? Ternyata tidak juga. Karena polusi udara di dalam
rumah atau gedung lebih berbahaya. Sebuah penelitian yang dilakukan di Amerika
menyatakan derajat polusi dalam ruang bisa mencapai dua sampai lima kali lipat
lebih tinggi disbanding polusi di luar ruang. Yang mencemari udara dalam ruang
antara lain debu akibat ventilasi yang tertutup, pendingin udara (AC) yang
tidak terawatt, paparan gelombang elektromagnetik dari barang-barang elektronik,
produk perawatan dan pembersih barang-barang rumah tangga yang mengandung
formula kimia, mesin fotokopi yang mengeluarkan ozon, serta karbondioksida dari
tanaman hidup yang tidak pernah dikeluarkan.
Pencemaran oleh benda-benda tadi didukung oleh konstruksi
kebanyakan bangunan di kota besar yang tertutup rapat. Bayangkan udara luar
yang kotor masuk ketika pintu gedung dibuka kemudian karena konstruksi bangunan
yang tertutup tidak memiliki ventilasi yang baik, maka udara yang tercemar tadi
akan menetap di dalam ruangan. Kemudian ditambah pencemaran yang berasal dari
benda-benda yang ada dalam ruang tadi dan partikel-partikel berbahaya lainnya
yang mencemari baju kita. Terbayang kan
betapa kotornya udara di dalam ruang?
Keluhan-keluhan yang ditimbulkan oleh pencemaran di dalam
ruang lazim disebut sick building
syndrome. Keluhan jangka pendek yang dirasakan biasanya tidak spesifik,
misalnya pegal, linu, pusing, migren, kelelahan, kaku otot dan sebagainya.
Namun dalam jangka panjang polusi udara dalam ruang akan menimbulkan penyakit
yang lebih serius seperti kanker.
TIPS:
Semua
Tanggungjawab Kita
Untuk
menanggulangi udara kota yang sudah tercemar memang bukan perkara mudah.
Dibutuhkan kerjasama semua pihak, yakni pemerintah, produsen, dan masyarakat.
Pemerintah, misalnya, harus menerapkan hukum yang tegas mengenai pemilik
kendaraan bermotor yang mengeluarkan emisi yang tinggi serta bertanggungjawab
atas pengadaan dan distribusi bahan bakar yang bebas dari zat-zat berbahaya ke
seluruh daerah negeri ini.
Demikian pula
dengan produsen kendaraan bermotor bertanggungjawab untuk tidak menjual
kendaraan berteknologi kuno yang dapat merusak lingkungan. Mereka juga
seharusnya memikul tanggungjawab moril untuk menyediakan kendaraan berteknologi
ramah lingkungan yang harganya terjangkau banyak kalangan.
Sebagai
masyarakat kita juga bertanggungjawab menjaga lingkungan, dimulai dari ruang
lingkup terkecil yakni keluarga kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar